oleh : Alvira Nuraini
Pagi itu, kuterbangun dari tidur
dengan terkejut. Ku perhatikan sekelilingku. Tak ada orang disini selain aku.
Ku beranjak pergi meninggalkan kamar, berlari menuju dapur, tapi tak ada seorang
pun didapur yang bisa kutemui. Ku tersadar, kusegera berlari menuju taman belakang,
tetapi lagi-lagi ku tidak menemukan seorang pun disana. Ku terduduk lelah,
memperhatikan sekeliling ku apakah akan ku dapatkan seseorang disini selain aku.
Melonjorkan
kaki dengan sedikit pijatan kecil, laluku membaringkan badanku diatas sofa
empuk berwarna putih. Ku tatap langit yang sangat cerah, dengan dihiasi oleh awan
yang sangat mempesona. Kicau burung pun ikut meramaikan suasana nan syahdu ini.
Suara gemercik air kolam membuat suasana semakin terhanyut. Ku lihat awan kecil
membentuk wajah mu, memperlihatkan indahnya ciptaan Sang Kuasa. Ku tersadar, ku
segera berlari mengejar awan tersebut. Ku terus berusaha menggapai awan tersebut
tetapi tak kunjung kudapatkan. Ku telah jauh berlari, ku lelah dan terjatuh dibawah
pohon yang sangat rindang dan sejuk. Ku tatap langit, tetapi awan yang
membentuk wajah mu telah hilang. Nafas kusedikit terengah-engah, ku hampiri sungai
untuk sedikit ku minum airnya. Tapi tak disangka, desahan air sungai seolah menyebutkan
namamu. Ku ambil perahu, segeraku ikuti suara itu dengan mengarungi derasnya
air sungai. Ku dayung perahu hingga ke ujung sungai.
Sesampai disana langit berubah
menjadi gelap, kumelihat kau sedang asyik bermain dengan kunang-kunang indah
yang sangat banyak jumlahnya, kau tersenyum denganku, kau memanggilku dan mengajak
ku untuk ikut bermain denganmu. Ku segera berlari menghampiri dirimu, ku terus berlari,
tapi kau tak kudapatkan ,kau menjauh terus menjauh dan akhirnya kau menghilang.
Kau menghilang dengan kunang-kunang yang tadi bermain denganmu. Suasana berubah
menjadi gelap gulita, ku terjatuh dan tak bisa melihat. Hujan pun turun seolah menggambarkan
suasana hatiku.Hingga akhirnya muncul bulan sabit menerangi yang menggambarkan senyumanmu.
Senyuman mu mengartikan agar hujan segera berhenti, menyuruh agar aku tak bersedih.
Ku berteriak, kubersihkan air mata yang ada dipipiku. Ku bangkit mengejar senyum
mu. Ku terus berlari berlawanan dengan hujan yang turun dengan deras. Gaun putih
ku yang tadinya kering berubah menjadi basah dan menyulitkan ku untuk berlari.
Aku terpleset dan terjatuh, ku menangis memporak-porakan rerumputan. Lagi-lagi senyum
mu hilang. Ku berteriak, kuberputar-putar, kuberlari, ku menangis tapi itu semua
percuma, karena kau tak kunjung ku dapatkan, kau tak kunjung ku gapai.
Malam berubah menjadi pagi
yang cerah. Ku terbangun, ternyata aku sudah berada dikamar tempat kemarin pertama
kali kumencarinya. Gaun putihku yang semalam kotor dan basah berubah menjadi seperti
semula. Matahari pagi bersinar menyorot mataku, ku bergegas menuju jendela kamar,
ku lihat sekelilingku, ku perhatikan taman belakang rumahku. Tetapi tak ada seorang
pun disana. Suasana sangat sunyi dan sepi. Ku tersadar aku hanya sendiri disini.
Dirinya memangbenar-benar sudah pergi dan tidak akan pernah kembali lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar